HUBUNGAN KEBIASAAN POSISI DUDUK DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PENABUH DI BANJAR KEBALIAN DESA SUKAWATI
DOI:
https://doi.org/10.24843/coping.2025.v13.i02.p08Keywords:
gangguan muskuloskeletal, penabuh, posisi dudukAbstract
Penabuh gamelan di Bali umumnya memainkan alat musik dalam posisi duduk bersila dalam waktu lama yang berpotensi menimbulkan gangguan muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal menjadi salah satu keluhan umum yang dapat menurunkan kenyamanan, produktivitas, dan kualitas hidup para penabuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan posisi duduk dengan keluhan muskuloskeletal pada penabuh di Banjar Kebalian, Desa Sukawati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif dan teknik total sampling yang melibatkan seluruh penabuh aktif yang tergabung dalam Sekaa Gong Banjar Kebalian dan Sanggar Tabuh Prakempha. Pengumpulan data dilakukan secara langsung (door to door) melalui instrumen kuesioner posisi duduk dan Nordic Body Map (NBM) untuk mengidentifikasi tingkat risiko keluhan muskuloskeletal. Data dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42,3% penabuh menggunakan posisi duduk bersila saat menabuh dan mengeluhkan nyeri pada punggung bawah, bahu, lengan, serta tungkai. Sebagian besar responden berada dalam kategori risiko rendah (75%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi sebesar p = 0,794 (p > 0,05), yang mengindikasikan tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara posisi duduk dengan keluhan muskuloskeletal pada penabuh. Namun demikian, aktivitas menabuh yang bersifat repetitif, dilakukan dalam posisi duduk statis, serta melibatkan gerakan berulang secara intensif, dapat menjadi faktor pemicu munculnya keluhan muskuloskeletal, terutama pada area tangan, leher, punggung, dan pergelangan tangan bagian tubuh yang paling rentan terhadap gangguan akibat postur yang tidak ergonomis dan beban kerja yang berlebihan.